Thursday, August 14, 2008

ADAM

ADAM


Apa yang kamu dapati dari tangisan?. Tanyakanlah dari hatimu yang riak. Di saat bulan berada jauh di atas kepala kita, tapi kenapa tak bertanya?. Adakah kamu merasa senang jika mendung telah datang?. Sangat wajar jika kamu senang, karena kamu berduka..., dan dukamu ditemani mendung yang menghantar. Tapi tatkala usai, dan bulan berada diantaramu, kamu tak bertanya...

Ada apa lagi dengan tangisanmu?. Maka sangat patut kamu mengikuti kemana sungai mengalir membawa kisah-kisah makam dan sampah-sampah hati.

Dahaga ini yang terasa, ingin dicampakkan dan tak ingin lepas. Aku ingin ditammatkan dengan ini, dan dihidupkan kembali di tengah anak-anak domba yang disemayamkan pada kekeringan jerami yang membakar otak mudaku. Aku ingin mengadu pada Sang Nasib. Menanyakan kisah asal-usul segala penciptaan dan penentuan. Di tempat dimana aku awal ada dan tiada. Tuk ku serahkan tanya ini tentang nirwana-Mu yang tak kugapai. Namun Tuhan tak memurkai dosa kami, dalam ucapannya, " Dan bila kau hendak ke bumi, sampaikanlah tiada dunia lebih fana dari hatimu yang pedih. Yang kan dipersembahkan di ujung pedang gurun-gurun muda yang kilaunya memancarkan darah pengorbanan seekor elang, yang gemanya tak lagi ditemui di penghujung harimu. Ketika kaki-kaki letihmu menapak anak-anak tangga di sela-sela sayap-sayap malaikat yang kau rangkul. Berucaplah, inikah dunia untukku?, tempat kau tiada mengenal-Ku. Tempat kau ingkari janji di rahim dunia yang bertutur pada ruh-Ku. Tempat kau tiada mendapati rimbun pepohonan kala kau mau memohon. Tempat dimana kau bangun istana jahiliah bagi Tuhan-Tuhan manusiamu".

Di hari ini tiada lagi tangisan, karena mata ini telah dibutakan. Di hari ini tiada lagi penyesalan, karena hati ini tak tahu benar atau salah dan jauh dari wahyu-Mu. di hari ini tiada lagi dustaku, karena lisanku tak ingin bertutur hingga tiada lagi bijak yang tertutupi. Biarlah mengalir mengikuti larik-larik pelangi zaman. Biarlah menjadi indah bagai taman surgawiku.

Wahai wanita pendampingku, tampaknya surga tak berkenan lagi karena dosa yang kita gali dari buah pengkhianatanku diciptakan. Mari besertaku mengunjungi dunia yang tiada jauh dari sini, karena ku telah malu kepada-Nya. Meski peristiwa ini abadi, ukirlah dunia kita di atas asma-Nya dan keagungan-Nya. Tempat dimana bahagia selamanya ada bila kita usahakan. Amin...



Jakarta, 05 April 2005 M / 26 Safar 1426 H

No comments: